Selasa, 27 Oktober 2015

Asam Urat? Segera Minum Rebusan Daun Bambu

Kesukaan Haris menyantap jeroan ayam memang sulit dibendung. Setiap akhir pekan karyawan perusahaan swasta di Jakarta Barat itu dapat menyantap hingga 10 jeroan. Sayangnya 2-3 jam sehabis menyantap jeroan itu, Haris bakal menderita. Kedua telapak kakinya bak tertusuk-tusuk jarum. Belum lagi persendian tulangnya linu-linu bahkan nyeri. Rasa sakit itu dapat bertahan hingga 2-3 hari dan seringkali menganggu aktivitas.

“Saya memang memiliki asam urat,” ujar Haris yang memastikan saat sakit itu datang kadar asam urat di darahnya melebihi ambang batas normal yakni 4,1-6,1 mg/dl. “Saya periksa darah dan hasilnya kadar asam urat 7,5 mg/dl,” ujar ayah 3 anak itu.

dr Suharti K Suherman SpFK, dari Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menuturkan asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin. Senyawa itu banyak terdapat dalam makanan seperti jeroan, emping, dan sarden. Asam urat sebetulnya diperlukan tubuh untuk membentuk inti-inti sel. Namun, yang diperlukan tubuh hanya sedikit. Sisanya dikeluarkan melalui usus besar (30%) dan ginjal (70%).

Sejatinya tingginya kadar asam urat dalam darah disebabkan sintesis asam urat berlebih, sedangkan ekskresi di ginjal sedikit. Asam urat berlebih itu berpadu dengan natrium membentuk kristal natrium urat pada jaringan lunak persendian dan terbentuk endapan yang disebut topus. Dampaknya terjadi peradangan alias arthritis gout yang akut dengan penanda rasa nyeri di persendian seperti pada lutut, jari tangan, jari kaki, dan pergelangan tangan.

Saat ini penderita asam urat tak melulu usia manula, tetapi cenderung diderita pada kelompok usia produktif antara 30-50 tahun. Prevalensi asam urat di Amerika Serikat bahkan dilaporkan meningkat dua kali lipat. Pun prevalensi penderita asam urat tertinggi di Indonesia terdapat di pesisir. Hasilnya paling tinggi berada di Manado Sulawesi Utara sebesar 29,2 % pada 2003.

Hal itu terjadi lantaran kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam darah. Agar terbebas dari asam urat pasien biasanya dianjurkan mengkonsumsi obat pereda sakit, antipembengkakan, dan penurun kadar asam urat darah.

Untuk mengurangi sakit dan bengkak, pasien diberi obat berbahan aktif kolkisin, indometasin, fenilbutason, dan kortikosteroid. Pengobatan untuk menurunkan kadar asam urat ditempuh dengan 2 cara: mencegah pembentukan atau mempercepat ekskresi asam urat. Obat pencegah terbentuknya asam urat biasanya golongan alopurinol.

Sedangkan golongan probenesid, sulfonipirazon, azapropazon, dan benebronaron berperan mempercepat ekskresi asam urat. Nah kesembuhan Haris diperoleh setelah ia disarankan meminum rebusan daun bambu atas saran kerabatnya yang terbiasa meminum tablet ekstrak daun bambu dari Zhejiang, Tiongkok.

Haris merebus segenggam daun bambu dalam 3 gelas air hingga tersisa dua gelas. Setelah itu air rebusan diminum 2 kali sehari masing-masing 1 gelas. “Hanya 3 hari konsumsi, asam urat saya sudah normal, bahkan sesudah menyantap jeroan, rasa sakit karena asam urat hanya sedikit,” ujarnya. Menurut Sinse Mochammad Yusuf, ahli pengobatan Tiongkok di Sukabumi, Jawa Barat, daun bambu yang bagus dipakai adalah daun muda.

Daun bambu itu dijemur hingga kering agar getahnya hilang. “Sebelum direbus, gesek-gesekkan antar daun bambu untuk menghilangkan bulu-bulu halus yang gatal,” kata Yusuf. Berikutnya rebus segenggam daun bambu atau setara 9-15 g dalam 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas dan diminum 2 kali.

Yusuf menuturkan daun bambu berefek diuretik sehingga mempercepat ekskresi asam urat dari ginjal. Kadar asam urat juga turun lantaran daun bambu kaya flavon. Flavon salah satu kelas dari flavonoid. Selain sebagai salah satu sumber antioksidan, flavon juga berperan menghambat oksidasi xantin menjadi asam urat. bebeja.com

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar